HARI PERTAMA Pertama pemandangan yang kulihat begitu menginjakkan kaki di Indra Gandhi International airport, sungguh berbeda dengan pertama kali kunjungan saya ke india Mei Tahun lalu ke Mumbai ( Bombay/ Bollywood ). Indra Gandhi airport terkesan sudah sangat rapi layaknya bandara international yang lain, maklum semuanya masih baru, dan kelihatan benar – benar baru, hanya sayang sumber daya manusaianya yang pertama kali menyambut kami masih benar – benar lambat dalam bekerja. Pertama kali kali kami mendarat karena kami belum mengantongi visa maka kami harus mengurus Visa On Arrival, di sini pelayanan terkesan lambat sekali dan tiddak professional, untung sebelumnya aku sudah pernah mengetahui dan mengalami sehingga tidak terlalu stress dengan keaadan seperti itu, beda dengan beberapa temanku yang lain, Gusti pembayun sempat marah dan bicara keras karena selalu di Tanya berulang – ulang dengan pertanyaan yang sama sehingga beliau sempat keras dalam berkata – kata, mungkin karena jengkel dan capek dalam perjalanan, padahal saat itu sudah didampingi oleh orang KBRI, kalau tidak tentu akan semakin lama dalam mengurus visa on arrival. Orang KBRI sendiri juga bercerita kepada kami, jangan kita yang ngurus, beberapa waktu lalu keluarga dari bapak Duta Besar kita disana juga ngurus visa on arrival beberapa orang masing – masing orang membutuhkan waktu 30 menit, jadi harus berjam – jam nyanggong di tempat itu hahaha menyebalkan katanya
 |
Indra Gandhi Airport New Delhi India |
.
 |
Pertemuan dengan Duta Besar RI di New Delhi |
Kami rombongan berlima diantaranya dari pemerintah propinsi Yogyakarta, ada bapak Tri Harjun Ismaji sekda propindi DIY, ibu Yuna Pancawati Kasi hubungan perdagangan International, GKR Pembayun, mewakili PT Yard silk, Ibu Neri Novita, Mewakili Nebula artcraft, dan saya sendiri Budi Sarwono mewakili Kandang art. Tujuan utamanya adalah business meeting dengan pengusaha India yang di fasilitasi oleh KBRI dan Pemerintah Propinsi Yogyakarta dan tujuan kedua adalah mengunjungi beberapa lokasi budi daya ulat sutera termasuk ke central silk board dan silk institute. Mendarat India jam 5.30 pagi waktu india dan acara dimulai siang jam 12, tentu saja kami sebenarnya masih terasa sangat capai tapi karena waktu yang sangat terbatas sehingga harus benar – benar effective, jadi begitu mendarat kami mengurus visa yang mebutuhhkan waktu hamper 1 jam, kemudian meluncur ke hotel Counnought Palace yang berlokasi di pusat kota new delhi. Karena peraturan hotel check in harus diatas jam 12 maka kami harus bernegosisasi sebantar dan Alhamdulillah berhasil, tapi dasar orang india, katanya wait a minute, nyatanya wait two hours hahaha, mereka katanya mau menyiapkan kamar dulu, tetapi meski sudah kami tinggal sarapan saja tetap kamar belum siap, sehingga kami baru bisa masuk jam 8.30, gila lama sekali dalam menyiapkan kamarnya, padahal kami janji jam 9.30 janji akan di jemput oleh orang KBRI untuk jamuan dengan bapak duta besar Letjend Purn Andi Ghalib, sebelum acara business meeting dimulai. Artinya tidak ada waktu istirahat sama sekali bagi kami dan rombongan untuk merebahkan badan barang sejenak, yah bagaimana lagi terpaksa harus kita jalankan seperti itu. Jam 9.30 tepat pak Yusuf orang KBRI sudah menjemput kami di hotel, dan kami melanjutkan perjalanan menuju kantor KBRI kita, dan disambut oleh duta besar luar biasa bapak Letjend Purn H Andi Ghalib, beliau menyambut baik kedatngan kami dan bercerita panjang lebar mengenai potensi India, beliau mengatakan india merupakan Negara dengan populasi terbesar ke dua setelah China dan orang kayanya menccapai 300 juta orang, artinya itu merupakan pasar yang sangat potensial yang bisa kita garap, hubungan Indonesia – India yang pernah sangat baik namun sempat memburuk di era Sukarno gara – gara kita bermusuhan dengan Malaysia, sementara India pro Malaysia, dan sekarang hubungan kita menjadi baik kembali setelah SBY menjalinn hubungan langsung. Saat ini india merupakan salah satu Negara dengan pertumbuhan ekonomi yang baik seperti China, Indonesia dan Brasil, hubungan dagang kita selalu surplus dengan India namun sayangnya kita import dari India berupa barang jadi sementara India Import dari Indonesia berupa barang mentah seperti CPO, sehingga nilai tambahnya kecil. Kedepan kita berharap selalu ada peningkatan eksport ke india khusunya barang non minyak dan gas. Selama ini ekport barang kita ke India seperti furniture dan handycraft selalu melalui Singapore dan Malaysia, jarang sekali pengusaha kita langsung eksport ke India. Untuk itu pertemuan kali ini diharapkan akan mebuka hubungan secara langsung dari pengusaha kita dengan pengusaha India.
 |
Business Meeting |
Bincang – bincang dengan bapak Duta Besar berlangsung kurang lebih 1,5 jam, dan dilanjutkan dengan business meeting, business meeting dihadiri oleh kurang lebih 30 pengusaha India yang rata – rata importer, acara pertama pembukaan oleh bapak duta besar selanjutanya paparan potensi Yogyakarta sebagai kota budaya, pendidikan, pariwisata dan kerajinan oleh bapak Tri Harjun Ismaji, kemudian potensi Wisata oleh orang KBRI yang saya lupa namanya, dan diakhiri dengan sesi Tanya jawab. Banyak hal yang didapat dari pertemuan itu, kita jadi tahu apa yang dibutuhkann india pengusaha India dan mengenal secara langsung, namun beberapa kendala masih terasa saat bicara mengenai harga, karena memang pengusaha india selalu menawar dengan harga yang sangat murah murah, mereka cenderung kaget ketika kita kasih penawaran harga dari produk kita, katanya sangat mahal. Saya memang bisa memaklumi karena tahun kemarin ketika saya melakukan survey di pasar traditional di Mumbay namanya Colaba Market, harga barang – barang disana memang sangat murah luar biasa, sehingga kami merasa sulit untuk bersaing dari sisi harga, barang india lebih berkualitas disbanding china, dari harga tidak terpaut jauh dengan china sehingga cukup berat bagi kita untuk menyaingi dari sisi harga. Namun bukan berarti kita tidak ada peluang, kita tetap masih banyak peluang untuk masuk pasar india khususnya untuk barang – barang menengah ke atas, mengingat banyaknya orang kaya di India, dan kelebihan barang kita lebih variative dari sisi model, kemudia kita juga lebih innovative, Cuma tidak mudah untuk menembus pasar mereka karena masih lemahnya keparcayaan diantara kita. Yang kita kenal selama ini orang india adalah sangat pelit dan licik dalam berdagang sehingga pengusaha kita ekstra hati – hati ketika bertransaksi denga orang India, sementara orang india juga kurang begitu percaya dengan kita khususnya pelaku UKM karena memang belum banyak transaksi kita disana. Pengalaman saya memang dibutuhkan beberapa kali negosiasi baru mungkin bisa terjadi transaksi, seperti yang saya alami di Suriname, tiga kali saya ke Suriname baru bisa mendapatkan transaksi yang cukup lumayan, saya berharap demikian dengan India, bagaimanapun India merupakan pasar yang sangat besar jika dilihat dari jumlah orang kayanya yang melebihi jumlah penduduk Indonesia, semoga..
 |
Pasar Tradisional India |
HARI KEDUA Acara hari kedua bagi kami adalah acara yang paling menarik yaitu mengunjungi monument cinta Taj Mahal, hal ini sah – sah saja karena tidak semua perjalanan ini di baiayai pemerintah, masih – masing dari kami harus membayar 40% dari total biaya yang harus dikeluarkan. Perjalanan dari New Delhi menuju kota Agra dimana taj Mahal berada lumayan jauh, memakan waktu 3.5jam jadi kami harus berangkat pagi – pagi sekali untuk menghindari macet, dan juga malam kami harus terbang ke Bangalore jam 8 malam, jadi harus benar – benar memperhatikan waktu
 |
Pintu Gerbang Taj Mahal |
Selama perjalanan kami disuguhi suasana pedesaan yang sedikit kumuh, namun tetap lebih baik dari pada apa yang pertama kali aku lihat di Mumbai tahun kemarin, disini masih lumayan bersih jika disbanding Mumbai. Tapi suasana budaya India sangat terasa dimana masih banyak sapi – sapi berkeliaran dijalan, kemudian bajaj yang ditumpangi lebih dari 8 penumpang dan becak sepeda yang bersliweran menambah suasana makin semrawut, pasar – pasar traditional yang lebih semrawut dari pasar – pasar di Indonesia dan terkesan sangat kumuh, baik dari tempatnya maupun pedagang kaki limanya. Namun yang aku salut dengan India adalah mereka sanggup menangkis budaya barat cukup kuat, terutama dalam hal produk, hamper semua barang – barang yang beredar di India adalah produk dalam negri India, bahkan otomotive produk India sangat merajai jalanan, mulai dari Bajaj, Pulsar dan untuk kedaraan besar dengan merk Tata. Swadesi yang di kampanyekan oleh Jawahal Nehru nampak cukup berhasil, sehingga india tidak begitu tergantung dengan Negara lain, baik produk sederhana maupn modern. Hal ini sungguh jauh jika disbanding dengan Negara kita, seharusnya kita bisa meniru kemandirian mereka dalam hal berproduksi, semakin lemah kemampuan suatu bangsa berproduksi maka akan semakin besar ketergantungan bangsa itu dari bangsa lain. 3.5 jam perjalanan lumayan lama dan melelahkan namun begitu tiba di Taj Mahal gairah kami memuncak, penasaran segera ingin melihat seperti apa keagungannya. Namanya begitu menggetarkan karena nilai sejarah yang terkandung, muncul dari cinta mendalam seorang suami kepada istri yang di manifestasikan dalam bentuk bangunan.
Baru memasuki gerbangnya saja kami sudah merasa cukup takjub, nuansa warna merah bata hamper memenuhi segala penjuru. Dari pintu gerbang utama menuju taj mahal da kolam memanjang yang sangat rapi. Saat akan masuk ke taj Mahal kami di haruskan melapisi alas kaki/ sepatu kami dengan kain agar tidak merusak lantai marmer. Suasana di dalam Taj Mahal sangat sejuk sangat kontras dengan hawa diluar yang mencapai 40 derajat celius, sayang sekali di dalam terlalu penuh dengan kerumunan orang sehingga membuat kami tidak bisa berlama – lama di dalam.. Pikiran kami menerawang jauh ke masa silam, bagaimana syah Jahan membangun itu semua dimana pada masa lalu semuanya serba terbatas, baik tehnology maupun insfrastrukture, namun ini semua telah membuktikan sebuah kekuatan tekat, dan keagungan cinta telah tercipta bangunan luar biasa sepanjang masa… when a man love a women hehehe
 |
Taj Mahal dari Samping |
Taj Mahal yang berdiri megah dengan warna putih lembut marmer dari segala penjuru dunia menggambarkan kekuatan cinta, pengorbanan, kebulatan tekat dan proses.. sungguh luar biasa, betapa senangnya Mumtaz Mahal isttri Syah Jahal diperlakukan seperti itu.
 |
Taj mahal |
.
 |
Taj mahal |
Hari ke 3 Melakukan survey pasar langsung ke pasar modern dan pasar traditional di seputaran New Delhi. Pasar pertama ang kami tuju aadalah Jan Path, pasar tradisional yang penuh dengan dagangan warna – warni, medki cenderung dipenuhi oleh barang – barang kerajinan dan kain – kain. Seperti apa yang kami ceritakan diatas barang – barang di India memang sangat murah, baik kerajinan maupun kain dan asesoriesnya. Untuk kain sarie dari bahan sutera sepanajang 6 meter bisa kita dapatkan dengan harga sekitar 150rb rupiah, murah sekali, bandingkan dengan di tanah air, saya jadi heran bagai bisa begitu. Belum lagi barang kerajian yang lain baik dari logam, kain, kullit maupun batu india masih jauh lebih muranh dari barang – barang kita, namun dari sisi model memang terlihat sedikit monoton apalagi stylenya. Kualitas pengerjaan juga kurang begitu halus, masih sedikit lebih baik dari barang – barang kita. Namun untuk pasar menengah barang – barang India sudah Ok, jadi saya kira peluang kita tetap di pasar menengah keatas, tinggal bagaimana kita bekerja bersama – sama bareng dengan pemerintah agar tujuan bisa terlaksana dengan baik. Bersambung… menuju Bengaluru atau Bangalore..
Comments
Post a Comment